Sasana Digital Lab Logo JPG
Blog ›

Product Market Fit: Pengertian serta Cara Mencapainya

I

Sebagai pemilik usaha, kamu tentu senang kalau produk yang kamu tawarkan bisa diterima oleh masyarakat luas. Apalagi, kalau produkmu betul-betul bisa menjawab permasalahan pelanggan.

Nah, tahukah kamu kalau kondisi seperti itu dinamakan product market fit. Kondisi ini tercapai ketika produk kamu sesuai dengan permintaan atau kebutuhan pasar.

Untuk mencapai product market fit, tentu ada banyak proses yang perlu kamu lalui. Bahkan, kamu harus mempersolid tawaran produk lebih dulu agar produk kamu benar-benar bisa memenuhi kebutuhan/permintaan pelanggan.

Nah biar tidak penasaran lagi, Sasana Digital jelaskan apa itu product market fit lengkap dengan 5 tips jitu untuk mencapainya.

Apa Itu Product Market Fit?

memahami apa itu product market fit

Diperkenalkan oleh Marc Andreessen, Product Market Fit (PMF) merupakan suatu kondisi saat perusahaan (Biasanya Startup) memiliki posisi yang baik di pasar dan mampu memuaskan pasar dengan produknya.

Istilah ini sering digunakan di dunia startup. Tapi bukan berarti penggunaan istilah ini terbatas pada lingkup itu saja. Buat UMKM, product market fit tetap relevan kok. Hanya perlu sedikit penyesuaian saja dalam praktisnya. 

Pemahaman yang lebih sederhana lagi tentang product market fit adalah kondisi saat bisnis/startup sudah membuat produk atau layanan yang diinginkan oleh orang-orang. 

Ya itulah product market fit. That’s all there is to it! Sesimpel itu.

Biasanya, kondisi ini dicirikan dengan pelanggan yang melakukan pembelian dan menggunakan produk, kemudian ia juga memberitahu orang lain tentang produk yang digunakan dalam jumlah yang cukup besar.

Benar, pelanggan yang merasa puas bukan hanya akan loyal, tapi juga bersedia merekomendasikan produk ke orang lain. Jadi serasa punya relawan sales gitu ya?

Alhasil, perusahaan bisa terus memperoleh keuntungan dari penjualan produk tersebut.

Sekarang, kamu sudah tahu apa itu product market fit. Pertanyaannya adalah, bagaimana sih cara mencapai kondisi tersebut? Sabar ya, nanti dibahas lebih jauh.

Tapi, sebelumnya ketahui dulu bahwa untuk mencapai fase yang disebut product market fit diperlukan berbagai upaya pengembangan produk dan model bisnis. 

Hal ini bertujuan untuk mencari tahu, apakah produk kamu sesuai dengan kebutuhan target pasar atau tidak.
Nanti, kamu juga harus menjalankan strategi yang jelas dan terukur untuk meningkatkan kecocokan, loyalitas, serta retensi pelanggan terhadap produk. Tenang saja, Sasana Digital berikan tips yang bisa kamu terapkan!

Baca Juga: 5+ Tips Desain Kemasan Produk Yang Keren dan Contohnya

7 Cara Mencapai Product Market Fit Buat UMKM dan Startup

Kamu sudah tahu apa itu product market fit, sekarang waktunya mengupas apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai kondisi tersebut.

1. Talk to User/Customer

Poin pertama yang perlu kamu lakukan adalah bicara dengan users atau konsumen. Dimulai dengan menentukan siapa users / konsumen dari produk kamu terlebih dulu.  

Apakah keluarga, teman, rekan kerja, atau mungkin diri sendiri? Jumlah yang sedikit bukan masalah, karena ini masih permulaan. Tapi disarankan untuk memulai dari minimal 5-10 users / konsumen. 

Dari lima sampai sepuluh users tadi, kamu bisa mempelajari banyak hal. Kamu bisa menggali informasi secara mendalam. 

Pada tahap ini, kamu dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik kepada users, namun bukan pertanyaan yang bersifat leading, ya.  

Setelah mendapat insight yang berguna, jangan lupa berikan reward sebagai ungkapan terimakasih untuk menghargai keterlibatan mereka.

2. Merilis Minimum Viable Product (MVP)

Selanjutnya, membangun dan merilis minimum viable product.

Minimum viable product atau MVP adalah produk yang sekadar memenuhi standar minimum kelayakan. Meski hanya produk standar, tapi MVP punya peranan yang penting lho. 

MVP berguna sekali untuk membantu kamu mendapat respon users secara cepat. 

Melalui MVP, kamu bisa mengetahui pengalaman users dan mengetes solusi untuk permasalahan mereka, sebelum merilis produk akhir (final product).

MVP dapat berbentuk jauh dari produk sebenarnya. Bahkan boleh jadi, semuanya masih serba manual. Tapi yang terpenting adalah MVP bisa membantu kamu mengetahui apakah ide atau produk kamu dapat dipakai oleh users atau tidak. 

Seberapa cepat users mempelajari produk kamu dan menggunakannya? Apakah produk kamu berguna bagi mereka? Apakah produk kamu cepat mengatasi problem mereka? Jika iya, seberapa efektif?

Tahap ini terdiri dari 3 kegiatan, yaitu prototyping, rilis dan perbaikan. Prototyping adalah suatu proses dimana kamu membuat purwarupa produk dengan memanfaatkan beberapa framework, seperti design thinking atau design sprint. 

Kamu tidak harus membuat desain yang sempurna, tapi sebaiknya mendekati real product, good but not pixel perfect (tidak harus detail atau sama persis dengan produk asli).

Setelah itu, kamu bisa merilis MVP untuk mendapat masukan dari users. Masukan users ini memberikan banyak informasi yang menunjukkan kekurangan produk kamu. Nah, dari situ kamu tahu harus melakukan perbaikan di bagian mana. 

Setelah menyempurnakan produk, kamu bisa merilisnya kembali untuk mendapat masukan (lagi) dari pengguna. Begitu seterusnya sampai produk kamu terbukti efisien dan solutif untuk permasalahan users.

3. Lakukan Uji Market

Kesalahan umum para pegiat startup dan UMKM adalah menunggu terlalu lama untuk melakukan uji market. Padahal semakin cepat dilakukan, maka dampaknya semakin baik untuk bisnis kamu. 

Melakukan uji market sedari dini, memungkinkan kamu untuk melakukan perbaikan produk lebih cepat. Bukan hanya itu, kamu juga bisa menyesuaikan strategi marketing sesegera mungkin untuk mencapai product market fit. 

Tujuan utama melakukan uji market adalah untuk mencari tahu apakah produk kamu bisa diterima oleh target market atau tidak. Jadi, kalau hal ini ditunda maka kamu juga menunda keberhasilan produk kamu di pasaran.

Baca Juga: Apa Itu Riset Pasar? Ini Penjelasan Lengkap dan 5 Tipsnya!

4. Lakukan A/B Testing

Budaya eksperimen perlu direngkuh para pegiat startup dan UMKM. Ya, termasuk kamu. Karena, eksperimen terbukti efektif membantu kamu membuat produk yang bernilai buat users atau konsumen. 

Contoh penerapannya, kamu bisa melakukan A/B testing setiap mau menawarkan fitur baru. 

A/B testing adalah metode untuk membandingkan 2 versi produk atau penyesuaian guna mengetahui mana yang terbaik diantara dua versi tersebut.

Memperbanyak fitur memang salah satu cara efektif untuk menarik lebih banyak pelanggan. Tapi kalau tidak pakai perhitungan, fitur-fitur tersebut justru bisa menjadi distraksi dari produk utama kamu. 

Karena itulah, diperlukan A/B testing untuk menghitung dampak nyata dari sebuah penyesuaian, baik itu penambahan fitur, promo, kemitraan baru, dll.

5. Menerima Setiap Masukan Pelanggan

Untuk memahami kebutuhan users, kamu perlu mendengarkan feedback mereka. Nantinya, kamu bisa manfaatkan feedback tersebut untuk pengembangan produk agar  sesuai keinginan dan ekspektasi mereka. 

Mendengarkan feedback penting, terutama bila kamu menawarkan produk yang membutuhkan edukasi lebih. 

Melalui cara ini, kamu tahu bagian mana yang harus diperjelas agar pelanggan lebih mudah dalam memakai produk kamu. 

Untuk mendapatkan feedback pelanggan, pertama-tama ajak mereka untuk mencoba produk atau layanan kamu. Setelah itu, minta mereka menceritakan pengalaman mereka saat menggunakan produk kamu.

6. Fleksibel dalam Mengembangkan Produk

Product development punya peran yang penting dalam tercapainya produk market fit. Melalui product development, kamu bisa menghadirkan produk yang lebih relevan dengan kebutuhan pasar saat ini.

Tapi kamu harus bersikap fleksibel. Artinya, dalam melakukan product development jangan sampai tidak mengikuti kebutuhan pasar terkini. 

Contoh penerapannya adalah menyediakan produk atau beragam fitur yang bisa melengkapi produk utama. Tapi kalau produk atau fitur pelengkap itu tidak dibutuhkan oleh users, kamu harus siap untuk tidak merilisnya.

Adapun produk atau fitur pelengkap yang bernilai bisa menjadi jalan untuk menambah aliran pendapatan bisnis kamu.

Baca Juga: 5 Contoh Product Development Terbaik, Kamu Harus Tahu!

7. Kembangkan Power User

Untuk mencapai produk market fit, kamu perlu fokus pada pengembangan power user (pelanggan setia). 

Kamu bisa memperluas segmen ini dengan memproduksi produk atau fitur-fitur baru sesuai kebutuhan mereka.

Cari tahu apa yang menjadi alasan utama power users memilih brand kamu dan melakukan repeat order.  Memahami hal ini dapat membantu kamu mencapai product market fit dan memperkuat basis pelanggan setia.

Penutup

Itulah pengertian product market fit yang penting untuk diketahui pegiat startup maupun UMKM. Memahami betul tentang hal ini bisa membantu kamu mengetahui sejauh mana kamu dapat memberi solusi yang tepat bagi pasar. 

Pada dasarnya, tujuan memahami product market fit adalah supaya kamu bisa membuat produk yang bernilai untuk konsumen, meningkatkan pangsa pasar, dan mendorong bisnis berkembang.

Selain memperhatikan Product Market Fit, kamu juga harus tahu bagaimana caranya memahami konsep dasar digital marketing secara menyeluruh. Kursus online ini adalah solusi yang tepat buat kamu!

Kursus online ini akan membahas hal-hal fundamental yang wajib diketahui, hingga strategi awal untuk segera mulai menyusun strategi digital marketing. Yuk, lihat kursusnya di sini!

Bagikan Artikel Ini

Rekomendasi Kursus Jualan Online

  • Daftar

atau Daftar menggunakan

Kehilangan password? Silakan masukkan Username atau alamat email Anda. Anda akan menerima Link/Tautan untuk membuat kata sandi baru melalui email.